Profil M. Farhan
Kenalan dulu yuk, dengan calon walikota Bandung
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung nomor urut 3, Muhammad Farhan dan Erwin mengungkapkan misi kebudayaan dalam programnya. Farhan yang memang sebelum terjun ke dunia politik lebih dikenal sebagai presenter, jelas memahami betul seluk beluk dunia kesenian.
Sementara Erwin yang sudah punya pengalaman politik dari tingkat RW sampai DPRD, paham betul dengan masalah regulasi kebudayaan di kota Kembang. Keduanya ingin mengembalikan lagi citra Kota Bandung yang dikenal kreatif.
“Kreatifitasi di kota Bandung itu kita perlu lihat dari dasarnya, yakni pendidikan dulu. Kreatifitas anak Bandung itu dari dulu otodidak, buat saya sayang. Harusnya kreatifitas datang dari dasar di pendidikan dan pengembangan,” ucap Farhan saat berkunjung ke detikJabar, Rabu (2/10/2024).
Farhan mengatakan, saat ini menampung ide-ide dari para akademisi terutama bidang seni, yang menyoroti soal kepekaan anak muda terhadap kebudayaan Sunda. Saat ini, banyak anak muda yang tak lagi kenal dengan budaya bahkan bahasa Sunda. Kalau ada, mungkin sudah asing dengan aturan penggunaannya.
“Jadi saya berharap bisa kerja sama dengan ISBI, FSRD, kelompok studi desain ITENAS, untuk mengembangkan pola pikir kreatifitas. Nanti diturunkannya ke berbagai macam dalam bentuk program pendidikan atau kurikulum yang ada di SD dan SMP,” kata Farhan.
“Contohnya hari ini saya dapat ide dari teman-teman guru bahasa Sunda dan Rektor ISBI, yang mengatakan kumaha carana (gimana caranya) kita sosialisasi dan populerkan kembali Bahasa Sunda. Jadi kita ganti nomenklaturnya jadi Pendidikan Budaya Sunda. Jadi yang masuk itu bisa semua budaya Sunda, jadi nggak hanya ngapalkeun (menghapal) tapi juga membangun kesadaran budaya,” sambungnya.
Sementara Erwin sepakat dengan ide tersebut. Sebagai mantan Anggota DPRD Kota Bandung, ia menjadi salah satu perumus Perda Ekonomi Kreatif yang berkaitan erat dengan kebudayaan.
Menurutnya, ia dan Farhan ingin memastikan Kota Bandung dapat mengeksekusi regulasi dengan lebih apik, demi kemajuan budaya dan kreativitas warganya.
“Saya ajarkan juga bagaimana budaya Sunda, misalnya kalau dipanggil orang tua nyahutnya gimana, dan lain-lain. Bagaimana budaya itu juga akan membangkitkan spirit akhlakul kharimah kita. Kota Bandung itu kan ada Perda Ekonomi Kreatif, jadi saya sebagai orang yang membuat Perda itu nanti insyaAllah saya dan Kang Farhan bisa implementasikan Perda ini,” ucap Erwin.
“Bisa melalui Perwal, dalam regulasi itu tertuang komplit ada pemberian modal bagi pelaku Ekraf, mewujudkan budaya kreatif, membentuk spirit akhlakul kharimah juga. Itu bisa ditingkatkan dan dipraktekkan untuk SD, SMP, SMA,” sambungnya.
Bicara soal kans kemenangan di Pilwalkot Bandung, keduanya pun nampak optimistis. Sebab dari beberapa hasil survei memperlihatkan kedudukan elektabilitas keduanya paling tinggi dari tiga kandidat lain.
Farhan dan Erwin pun nampak semringah menanggapinya, meski mereka tak mau terlalu jemawa. Hasil survei yang ada saat ini, bagi mereka cukup sebagai motivasi. Waktu kampanye yang semakin sedikit, mereka manfaatkan untuk berpencar ke beberapa titik di Bandung.
“Kami bersyukur memasuki minggu kedua kampanye, tingkat kepercayaan masyarakat masih tinggi. Bahkan dalam simulasi kertas suara yang dilakukan, kami masih tinggi. Tapi kami menyadari bahwa survei itu bukan Pemilu atau TPS. Survei itu potret yang masih bisa berubah,” ucap Farhan.
“Kami tetap berkomitmen bahwa kampanye, sosialisasi, dan edukasi terus dilakukan. Kami meminta semua yang punya suara jangan golput, karena sayang dan golput itu adalah sebuah sikap yang apatis, yang tidak memberi kontribusi pada tanah air. Hubbul Wathon Minal Iman, cinta tanah air bagian daripada iman,” kata Farhan yang bersahutan dengan Erwin.