Profil M. Farhan
Kenalan dulu yuk, dengan calon walikota Bandung
Bandung – Calon Wali Kota Bandung nomor urut 3 M Farhan ingin menjadikan Bandung Creative Hub atau BHC yang ada di Jalan Sukabumi tak hanya sebagai ruang kreatif saja. Dia juga ingin fasilitas itu menjadi pusat bisnis anak-anak muda di Kota Bandung.
Hal itu diungkapkan Farhan, saat bertemu bersama seratusan pemuda di Kota Bandung dalam agenda KUUKIR alias Kukulitus di Uncle De Space di Jalan Cigadung Raya, Kota Bandung, Minggu (10/11/2024).
“Saya akan membuat ruang publik bisa nyaman digunakan untuk bekerja, salah satunya Creative Hub (BCH), itu bukan hanya dispalay, nanti kita akan dilakukan kontes, cari startup yang bagus, mau itu start up teknologi, media dan lainnya. Nanti saya akan kerjasama dengan Telkom, kita akan kurasi mana yang bagus,” kata Farhan.
Menurut Farhan, para pelaku kreatif yang menciptakan start up inovatif, akan berkantor di BCH. Namun sebelum itu, pihaknya akan berikan pelatihan selama tiga bulan.
“Nanti kita suruh presentasi, yang laku pindah (ke BCH) yang tidak laku, perbaiki. Jika sudah sukses (start up laku) akan menjadi start up mandiri,” tuturnya.
Selain itu, pengelolaan BCH yang tadinya ada di Disbudpar akan dialihkan ke Disdagin Kota Bandung. “Dari Disbudpar, pindahkan ke Indag karena itu harus jadi pusat bisnis bukan pusat pertunjukan,” tambahnya.
Tak hanya itu, Farhan juga akan memberikan 100 persen pengelolaan kawasan GBLA ke PT PBB. Dia menyayangkan jika kawasan tersebut tak terurus, sedangkan potensinya luar biasa.
“GBLA harus 100 persen diserahkan ke PT PBB pengelolaannya, GBLA harus jadi pusat sportainment terbaik se Jawa Barat, masa kalah sama Bali, nggak panas gitu,” ujar Farhan.
Farhan mengisahkan, dirinya paling geli dengan politisi yang berusaha jadi gen z demi meraih simpati. Tapi hal tersebut tak berlaku untuk Farhan yang di mana dirinya tetap menjadi seperti bapak-bapak.
“Karena gen z ini adalah hasil didikan kami, ini anak-anak kami, kelahiran 1999-2002, saya harus mengerti mereka. Mereka tak saya gunakan seragam partai atau baju hansip mereka punya ide style sendiri,” ujar Farhan.
Menurut Farhan, bagi gen z motor jadul lebih keren dari pada Harley Davidson. Saat berhadapan dengan gen z, Farhan tak berbincang soal konstelasi politik, tapi berbincang masalah keresahan, keresahan kita dan keresahan lingkungan hidupnya.
“Narasi yang disuarakan kebebasan ekspresi dan kualitas hidup di masa mendatang. Apa yang kami khawatirkan kalau kamu diusir dari orang tua mu. Aku khawatir enggak ada internet, aku khawatir dari rumah ke tempat kerja jauh dan ada yang bilang aku khawatir enggak bisa sekolah S2. Gak ada yang bilang khawatir gak bisa makan atau ga bisa punya rumah, yang dikhawatirkan mereka nggak bisa melompat ke masa depan,” jelasnya.
Farhan juga pernah bertemu dengan kelompok motor yang berisikan gen z yang menginginkan membuat event kelas Asia seperti event otomotif di Malaysia. Bukan ingin didukung dari segi materi karena mereka memiliki materi yang cukup yang di mana memiliki banyak sponsor. Tapi mereka resah, di Bandung jalannya ada yang rusak, jalannya macet dan susah parkir.
“Mereka ingin jalan bagus dan jalan tidak macet, kaya di Malaysia. Banyak yang komplen juga parkir susah kan itu kerjaan pemerintah. Mereka akan tumbuh menjadi orang-orang kreatair, tugas kita tidak ada inflasi, jalan bagus, trotoar bagus, infrastuktur telekomunikasi bagus dan mereka akan jadi pertumbuhan. Gen Z pertumbuhannya bakal lebih dahsyat asal disediakan infrastukturnya,” ujar Farhan.