Profil M. Farhan
Kenalan dulu yuk, dengan calon walikota Bandung
PIKIRAN RAKYAT – Calon Wali Kota Bandung Nomor Urut 3, Muhammad Farhan bercita-cita menjadikan pusat Kota Bandung lebih estetik. Salah satunya adalah menjadikan gedung-gedung cagar budaya di Kota Bandung direvitalisasi.
Hal tersebut diungkapkan Farhan saat menghadiri acara bersama HKI dan Marga Sinaga. Tepatnya di Jalan Bengawan, Kota Bandung pada Kamis 7 November 2024.
Menurut Farhan gedung-gedung cagar budaya ini tersebar di pusat Kota Bandung. Semisal di Jalan Asia Afrika, Jalan Sudirman, Jalan Tamblong, Jalan Lembong dan lainnya, namun rata-rata tidak diurus.
“Contoh Gedung De Zone di Asia Afrika yang berada dekat kantor pos. Gedung ini dulunya merupakan gedung yang dipakai untuk memperkenalkan sepeda motor keluaran terbaru pada saat itu. Namun kini tidak terawat dan kosong,” katanya.
Cita-cita Farhan menjadikan gedung ini kembali bersinar. Namun, tanpa mengubah bentuk bangunan depan yang estetik dan penuh dengan nilai sejarah.
“Karenanya saya sangat apresiasi salah satu bank yang ada di depan Gedung Merdeka. Bank ini menjadikan cagar budaya digunakan kembali dan terlihat indah, begitu juga kafe Hutanica yang ada di Jalan Asia Afrika pula,” katanya.
Jika cagar budaya ini terus dilupakan, Farhan pun khawatir hal yang sama terjadi seperti bangunan di dekat Hotel Trio di Jalan Gardujati. Bangunannya hilang dan kini hanya menjadi tempat parkir.
“Jadi kalau bangunan-bangunan ini diaktifkan kembali maka akan menjadi daya tarik wisata tersendiri dari Kota Bandung. Hanya saja perlu ada kebijakan-kebijakan pula yang mendukungnya,” katanya.
Apabila tidak ada kebijakan yang mendukungnya kata Farhan, dikhawatirkan, kemacetan akan terjadi. Sehingga harus ada aturan ketat semisal tidak adanya parkir di bahu jalan. “Sekarang masih terjadi di Lengkong Besar dan di Tamblong,” katanya.
Terowongan Bawah Tanah
Mimpi lain Farhan adalah membangun terowongan bawah tanah di Kota Bandung. Terowongan ini nantinya berada di daerah-daerah yang akan direvitalisasi karena ada cagar budaya tersebut.
“Saya ingin seperti di Kota Bogor, jadi orang menyebrang lewat bawah. Di terowongan bawah tersebut akan dibuat sedemikian rupa sehingga membuat betah. Misalnya ada yang perform di sana dan terang benderang,” katanya.
Pada kesempatan tersebut Farhan juga mendengarkan curhat dari para perantau di Kota Bandung. Dia menilai perantau yang ada di Kota Bandung yang sudah ber-KTP Kota Bandung tentunya bagian dari masyarakat Kota Bandung.
“Di Kota Bandung ini terdapat beberapa komunitas perantau. Semisal dari Batak, Tapanuli dan lainnya yang disebut suku bangsa non Sunda. Selain itu ada juga keturunan dari Arab dan Tionghoa, jumlahnya sekitar 18% dari warga Kota Bandung,” katanya. Mereka ini di Kota Bandung bahkan banyak yang sudah generasi kedua dan ketiga.
Mereka bersatu dan sudah berbicara dengan Bahasa Sunda yang baik. “Contohnya teman kita Boris Bokir, dia ngomong Sunda biasa, tapi tak menghilangkan identitas Bataknya,” katanya.
Tentunya kata Farhan mereka yang merupakan suku Bangsa non Sunda dan warga keturunan Arab dan Tionghoa ini, adalah bagian dari warga Kota Bandung yang tidak terpisahkan.